0 / 0

Apa Hukum Puasa Setiap Hari

Pertanyaan: 144592

Apakah merupakan suatu kebaikan berpuasa setiap hari?

Teks Jawaban

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Puasa setiap hari โ€“selain hari-hari yang terlarang berpuasa seperti dua hari raya- dinamakan dalam istilah agama adalah โ€˜Puasa Dahrโ€™ atau โ€˜Puasa selamanyaโ€™. Para ahli ilmu berbeda pendapat terkait hukumnya menjadi beberpa pendapat, sampai satu mazhab sendiri berbeda pendapat. Sehingga terjadi kegoncangan dalam menukil yang menjadi patokan utama dalam mazhab karena sebab ini.

Yang Nampak, bahwa perbedaan dalam masalah ini โ€“secara global- ada dua pendapat,

Pendapat pertama, larangan berpuasa dahr secara umum. Baik dimakruhkan seperti pendapat mazhab Hanafiyah dan pilihan Ibnu Qudamah, Ibnu Taimiyah dari mazhab Hambali yang berbeda dengan mazhab. Dan ini juga pilihan Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Ifta, 23/221, atau diharamkan sebagaimana pendapat mazhab Ibnu Hazm.

Dalam kitab Ad-Durarol Mukhtar, (2/84) dari kitab mazhab Hanafi, โ€œDan makruh tanzih (lebih ke arah mubah/boleh) seperti puasa dahr.โ€

Ibnu Humam A-Hanfi mengatakan, โ€œDimakruhkan puasa dahr karena melemahkan atau apabila menjadi tabiatnya. Sementara ibadah itu dibangun untuk menyalahi kebiasaan.โ€ Fathul Qadri, 2/350

Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan, โ€œYang kuat menurutku adalah bahwa puasa dahr itu makruh meskipun dia tidak berpuasa di hari-hari ini โ€“maksudnya dua hari raya dan hari tasyriq-. Kalau dia berpuasa (hari-hari ini), maka dia telah melakukan sesuatu yang haram. dimakruhkan puasa dahr, karena di dalamnya ada kepayahan dan melemahkan. Mirip dengan tabattul (membujang) yang dilarang.โ€ Al-Mughni, 3/53.

Ibnu Hazm rahimahullah mengatakan, โ€œAsalnya tidak dihalalkan puasa dahr itu.โ€ Al-Muhalla, 4/41.

Kelompok pendapat ini berdalil berikut ini:

1. Sabda Nabi sallallahuโ€™alaihi wa sallam,

ู„ูŽุง ุตูŽุงู…ูŽ ู…ูŽู†ู’ ุตูŽุงู…ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุจูŽุฏูŽ  (ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠุŒ ุฑูู… 1977 ูˆู…ุณู„ู…ุŒ ุฑู‚ู… 1159)

 โ€œTidak ada puasa bagi orang yang puasa selamanya,โ€ (HR. Bukhari, no. 1977 dan Muslim, no. 1159)

2. Dari Anas bin Malik radhiallahuโ€™anhu berkata,

ุฌูŽุงุกูŽ ุซูŽู„ุงุซู ุฑูŽู‡ุทู ุฅูู„ูŽู‰ ุจููŠููˆุชู ุฃูŽุฒูˆูŽุงุฌู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูŠูŽุณุฃูŽู„ููˆู†ูŽ ุนูŽู† ุนูุจูŽุงุฏูŽุฉู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุŒ ููŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ุฃูุฎุจูุฑููˆุง ูƒูŽุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ูู… ุชูŽู‚ูŽุงู„ู‘ููˆู‡ูŽุง ุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ู‹ูˆุง : ูˆุฃูŽูŠู†ูŽ ู†ูŽุญู†ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุŸ ู‚ูŽุฏ ุบูŽููŽุฑูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽู‡ู ู…ูŽุง ุชูŽู‚ูŽุฏู‘ูŽู…ูŽ ู…ูู† ุฐูŽู†ุจูู‡ู ูˆูŽู…ูŽุง ุชูŽุฃูŽุฎู‘ูŽุฑูŽ ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุญูŽุฏูู‡ูู… : ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุฃูŽู†ูŽุง ููŽุฅูู†ู‘ููŠ ุฃูุตูŽู„ู‘ููŠ ุงู„ู‘ูŽู„ูŠู„ูŽ ุฃูŽุจูŽุฏู‹ุง ุŒ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุขุฎูŽุฑู : ุฃูŽู†ูŽุง ุฃูŽุตููˆู…ู ุงู„ุฏู‘ูŽู‡ุฑูŽ ูˆูŽู„ูŽุง ุฃููุทูุฑู ุŒ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุขุฎูŽุฑู : ุฃูŽู†ูŽุง ุฃูŽุนุชูŽุฒูู„ู ุงู„ู†ู‘ูุณูŽุงุกูŽ ููŽู„ูŽุง ุฃูŽุชูŽุฒูŽูˆู‘ูŽุฌู ุฃูŽุจูŽุฏู‹ุง ุŒ ููŽุฌูŽุงุกูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ : ุฃูŽู†ุชูู…ู ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ู‚ู„ูุชูู… ูƒูŽุฐูŽุง ูˆูŽูƒูŽุฐูŽุง ุŸ ุฃูŽู…ูŽุง ูˆูŽุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฅูู†ู‘ููŠ ู„ูŽุฃูŽุฎุดูŽุงูƒูู… ู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽุฃูŽุชู‚ูŽุงูƒูู… ู„ูŽู‡ ุŒ ู„ูŽูƒูู†ู‘ููŠ ุฃูŽุตููˆู…ู ูˆูŽุฃููุทูุฑู ุŒ ูˆูŽุฃูุตูŽู„ู‘ููŠ ูˆูŽุฃูŽุฑู‚ูุฏู ุŒ ูˆูŽุฃูŽุชูŽุฒูŽูˆู‘ูŽุฌู ุงู„ู†ู‘ูุณูŽุงุกูŽ ุŒ ููŽู…ูŽู† ุฑูŽุบูุจูŽ ุนูŽู† ุณูู†ู‘ูŽุชููŠ ููŽู„ูŽูŠุณูŽ ู…ูู†ู‘ููŠ )ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ ุŒ ุฑู‚ู… 5063 ูˆู…ุณู„ู…ุŒ ุฑู‚ู…  1401)

 โ€œAda tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi sallallahu alaihi wa sallam bertanya tentang ibadah Nabi sallallahuโ€™alahi wa sallam. Ketika mereka diberitahukan, seakan-akan mereka merasa remeh. Dan mengatakan, โ€œDimana kita dari (ibadahnya) Nabi sallallahuโ€™alaihi wa sallam? Beliau telah diampuni oleh Allah dosa yang lalu maupun yang akan datang. Salah satu di antara mereka mengatakan, โ€œSementara saya akan shalat malam selamanya.โ€ Yang lain mengatakan, โ€œSaya akan berpuasa selamanya dan tidak berbuka.โ€ Dan lainnya mengatakan, โ€œSaya akan menjauhi wanita dan tidak menikah selamanya.โ€ Rasulullah sallallahuโ€™alaihi wa sallam datang dan bersabda, โ€œApakah anda semua yang mengatakan ini dan itu? โ€˜Demi Allah, sesungguhnya saya adalah yang paling takut kepada Alah dan paling bertakwa kepada-NYa. Akan tetapi saya berpuasa dan berbuka, saya shalat (malam) dan beristirahat dan saya menikahi wanita. Siapa yang tidak menyukai sunahku (kebiasaanku), maka dia bukan dari (golongan)ku.โ€ (HR. Bukhari, no. 5063 dan Muslim, no. 1401).

Ucapan beliau, โ€œAkan tetapi saya berpuasa dann berbukaโ€ฆ. Dan siapa yang tidak menyukai sunahku, maka dia bukan termasuk dari golonganku.โ€ Bahwa puasa dahr (selamanya) itu menyalahi sunah Nabi sallallahuโ€™alaihi wa sallam.

3. Dari Umar bin Khottob radhiallahuโ€™anhu, bahwa beliau bertanya kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam,

ูƒูŽูŠู’ููŽ ุจูู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุตููˆู…ู ุงู„ุฏู‘ูŽู‡ู’ุฑูŽ ูƒูู„ู‘ูŽู‡ู ุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ : ู„ูŽุง ุตูŽุงู…ูŽ ูˆูŽู„ูŽุง ุฃูŽูู’ุทูŽุฑูŽ (ุฑูˆุงู‡ ู…ุณู„ู… ุŒ ุฑู‚ู… 1162)

โ€œBagaimana bagi orang yang berpuasa selamanya? Beliau bersabda, โ€œTidak (mendapatkan) puasa dan tidak berbuka.โ€ )HR. Muslim, no. 1162).

4. Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahuโ€™anhu berkata, โ€œRasulullah bersabda kepadaku,

ูŠูŽุง ุนูŽุจู’ุฏูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ! ุฃูŽู„ูŽู…ู’ ุฃูุฎู’ุจูŽุฑู’ ุฃูŽู†ู‘ูŽูƒูŽ ุชูŽุตููˆู…ู ุงู„ู†ู‘ูŽู‡ูŽุงุฑูŽ ุŒ ูˆูŽุชูŽู‚ููˆู…ู ุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ูŽ ุŸ ููŽู‚ูู„ู’ุชู : ุจูŽู„ูŽู‰ ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ! ู‚ูŽุงู„ูŽ : ููŽู„ูŽุง ุชูŽูู’ุนูŽู„ู’ ุŒ ุตูู…ู’ ูˆูŽุฃูŽูู’ุทูุฑู’ ุŒ ูˆูŽู‚ูู…ู’ ูˆูŽู†ูŽู…ู’ ุŒ ููŽุฅูู†ู‘ูŽ ู„ูุฌูŽุณูŽุฏููƒูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุญูŽู‚ู‘ู‹ุง โ€ฆุฅู„ู‰ ุขุฎุฑ ุงู„ุญุฏูŠุซ . ูˆููŠ ุฑูˆุงูŠุฉ : ููŽู‚ูู„ู’ุชู : ุฅูู†ู‘ููŠ ุฃูุทููŠู‚ู ุฃูŽูู’ุถูŽู„ูŽ ู…ูู†ู’ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุŸ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ : ู„ูŽุง ุฃูŽูู’ุถูŽู„ูŽ ู…ูู†ู’ ุฐูŽู„ููƒูŽ (ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠุŒ ุฑู‚ู… 1975 ูˆู…ุณู„ู…ุŒ ุฑู‚ู… 1159)

โ€Wahai Abdullah! Saya dapat kabar bahwa anda (terus menerus) puasa di siang hari dan berdiri (shalat) waktu malam hari?โ€ Saya menjawab, โ€œYa wahai Rasulullah! Beliau mengatakan, โ€œJangan lakukan, berpuasalah dan berbuka. Berdiri shalat dan tidurlah. Karena jasad anda ada haknyaโ€ฆ sampai akhir hadits. Dalam redaksi lain, saya mengatakan, โ€œSaya mampu melakukan ituโ€  Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, โ€œTidak ada yang lebih baik dari itu.โ€ (HR. Bukhari, no. 1975 dan Muslim, no. 1159).

Yang berbeda pendapat memberikan jawaban terhadap dalil-dalil ini sebagaimana yang dijawab oleh Imam Nawawi rahimahullah dimana beliau mengatakan, โ€œSalah satunya adalah jawaban Aisyah radhiallahu anha dan diikuti oleh banyak ulama. Maksud dengan puasa dahr yang benar adalah dia berpuasa terus, termasuk puasa hari raya dan hari tasyriq. Ini dilarang menurut ijmaโ€™ Ulama.

Kedua, bahwa maksud โ€“ hadits (Tidak ada puasa bagi orang yang puasa selamanya) โ€“ maksudnya bahwa dia tidak mendapatkan kepayahan sebagaimana yang didapatkan oleh orang lain, karena terbiasa dan mudah baginya. Sehingga maksudnya adalah kabar bukan doa. Maka maknanya adalah โ€˜Tidak ada puasa bagi yang ada kepayahan besar di dalamnya, tidak juga berbuka. Bahkan jika ia berpuasa mendapatkan pahala puasa.

Ketiga, maksudnya orang yang payah dengan puasa terus menerus atau tidak terpenuhinya hak. Hal itu dikuatkan dalam hadits Abdullah bin Amr bin Ash. Maka pelarangan ini ditujukan kepadanya. Terdapat ketetapan dalam hadits yang shahih, bahwa beliau tidak mampu di akhir umurnya dan menyesal karena tidak menerima keringanan. Beliau mengatakan, โ€œAlangkah baiknya kalau saya menerima keringanan dari Rasulullah sallallahuโ€™alaihi wa sallam.โ€ Maka Nabi sallallahu alaihi wa sallam melarang Ibnu Amr bin Ash karena belaiu mengetahui akan lemahnya hal itu. Hal ini dikuatkan oleh Hamzah bin Amr โ€“haditsnya akan dijelaskan nanti- karena tahu bahwa hal itu tidak mendapatkan kepayahan.โ€ Selesai

(Al-Majmu, 6/443. Silakan melihat Fathul Bari, 4/222-224. Al-Mausuโ€™ah Al-Fiqhiyyah, 28/16. Meskipun tidak dinukil secara menyeluruh dari perkataan para mazhab)

Pendapat kedua:

Dianjurkan puasa dahr. Ini pendapat Malikiyah, Syafiiyyah dan Hanabilah. Malikiyah dan Syafiiyah dengan tegas menganjurkannya. Sementara Hanabilah, nash yang ada dengan kata-kata โ€˜Dibolehkanโ€™. Anjuran (berpuasa dahr) semuanya memberikan aturan bahwa puasa dhar tidak menjadikan mengurangi pelaksanaan hak dan kewajiban atau dikhawatirkan kepayahan pada dirinya. Kalau terjadi hal tersebut, maka dimakruhkan menurut Syafiyyah dan Hanabilah. Dan dibolehkan menurut Malikiyah.

Telah ada dalam kitab Mawahibul Jalil, 2/442 dari kitab Malikiyah, โ€œ(Puasa Dahr) maksudnya itu dibolehkan. Apakah hal itu lebih utama atau yang lebih utama itu sebaliknya. Malik mengatakan, melanjutkan puasa itu lebih utama. Ibnu Rusyd mengatakan, โ€œMaksud perkataan Malik bahwa melanjutkan puasa itu lebih utama kalau hal itu tidak menjadikan dia lemah dari amal kebaikan

Telah ada dalam kitab โ€˜Al-Minhajโ€™ karangan Imam Nawawi, โ€œPuasa dahr โ€“selain puasa hari raya dan tasyriq- dimakruhkan kalau khawatir menyebabkan kepayahan atau tidak dapat menunaikan hak. Dan dianjurkan kepada selainnnya.โ€ (Tuhfatul Muhtaj, 3/459).

Terdapat dalam โ€˜Kasyful Qannaโ€™, (2/342) dari kitab Hanabilah, โ€œDibolehkan puasa dahr dan tidak dimakruhkan kalau tidak meninggalkan hak dan tidak khawatir kepayahan. Dan tidak berpuasa pada hari-hari ini (lima hari, dua hari raya dan tiga hari tasyriq). Kalau dia melakukan puasa (di lima hari), maka dia telah meelakukan sesuatu yang haram.โ€

Kelompok yang berpendapat ini berdalil sebagai berikut:

1. Keumuman ayat dan hadits yang menunjukkan keutamaan ibadah dan amal kebaikan, diantaranya firman Allah taโ€™ala :

ู…ูŽู†ู’ ุฌูŽุงุกูŽ ุจูุงู„ู’ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู ููŽู„ูŽู‡ู ุนูŽุดู’ุฑู ุฃูŽู…ู’ุซูŽุงู„ูู‡ูŽุง )ุณูˆุฑุฉ ุงู„ุฃู†ุนุงู…: 160)

โ€œBarangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya.โ€ SQ. Al-Anโ€™am: 160.

2. Dari Abi Said Al-Khudri radhiallahuโ€™anhu sesungguhnya Nabi sallallahuโ€™alaihi wa sallam bersabda,

ู…ูŽู†ู’ ุตูŽุงู…ูŽ ูŠูŽูˆู’ู…ู‹ุง ูููŠ ุณูŽุจููŠู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจูŽุนู‘ูŽุฏูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽุฌู’ู‡ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑู ุณูŽุจู’ุนููŠู†ูŽ ุฎูŽุฑููŠูู‹ุง ( ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠุŒ 2840ุŒ ูˆู…ุณู„ู…ุŒ ุฑู‚ู… 1153)

โ€œSiapa yang berpuasa sehari di jalan Allah, Maka Allah akan jauhkan wajahnya dari neraka sejauh tujuh puluh tahun. โ€œ )HR. Bukhari, no. 2840) dan Muslim, no. 1153)

Dijawab dari dua dalil ini, bahwa keduanya itu umum untuk semua puasa. Sementara dalil-dalil tadi mengkhususkan puasa dahr dari keumuman  anjuran (puasa).

3. Dari Abu Musa dari Nabi sallallahuโ€™alaihi wa sallam bersabda,

ู…ูŽู†ู’ ุตูŽุงู…ูŽ ุงู„ุฏู‘ูŽู‡ู’ุฑูŽ ุถููŠู‘ูู‚ูŽุชู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุฌูŽู‡ูŽู†ู‘ูŽู…ู ู‡ูŽูƒูŽุฐูŽุง ูˆูŽู‚ูŽุจูŽุถูŽ ูƒูŽูู‘ูŽู‡ู  (ุฑูˆุงู‡ ุฃุญู…ุฏ ููŠ โ€ ุงู„ู…ุณู†ุฏ  32/484)

โ€œSiapa yang puasa dahr, disempitkan baginya neraka Jahanan seperti begini. Dan menggenggam tangannya.โ€ (HR. Ahmad dalam Musnad,(32/484).

Nawawi rahimahullah mengatakan, โ€œMaksud ( ุถูŠู‚ุช ุนู„ูŠู‡ ) maksudnya โ€˜darinyaโ€™ yaitu tidak akan masuk ke dalamnya.โ€ (Al-Majmuโ€™, (6/442).

Dijawab, bahwa (derajatnya) lemah sampai ke Nabi (Marfu). Para ahli hadits terdahulu dan para pakar peneliti di percetakan Muassasah Ar-Risalah menshahihkan hanya sampai ke Abu Musa saja.

4- ุนูŽู†ู’ ุนูŽุงุฆูุดูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุง ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุญูŽู…ู’ุฒูŽุฉูŽ ุจู’ู†ูŽ ุนูŽู…ู’ุฑููˆ ุงู„ู’ุฃูŽุณู’ู„ูŽู…ููŠู‘ูŽ ุณูŽุฃูŽู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ :

4. Dari Aisyah radhiallahuโ€™anha sesungguhnya Hamzah bin Amr Al-Aslamy bertanya kepada Rasulullah sallallahuโ€™alaihi wa sallam dan berkata,

ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ! ุฅูู†ู‘ููŠ ุฑูŽุฌูู„ูŒ ุฃูŽุณู’ุฑูุฏู ุงู„ุตู‘ูŽูˆู’ู…ูŽ ุฃูŽููŽุฃูŽุตููˆู…ู ูููŠ ุงู„ุณู‘ูŽููŽุฑู ุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ : ุตูู…ู’ ุฅูู†ู’ ุดูุฆู’ุชูŽ ุŒ ูˆูŽุฃูŽูู’ุทูุฑู’ ุฅูู†ู’ ุดูุฆู’ุชูŽ .( ุฑูˆุงู‡ ู…ุณู„ู…ุŒ  ุฑู‚ู… 1121)

โ€œWahai Rasulullah ! Sesungguhnya saya adalah orang yang melanjutkan puasa. Apakah saya (dibolehkan) berpuasa dalam safar? Beliau menjawab, โ€œPuasalah jika anda suka. Dan berbukalah jika anda suka.โ€ (HR. Muslim, (1121).

Kesimpulan dalilnya adalah bahwa Nabi sallallahu alaihi wa sallam tidak mengingkarinya melanjutkan puasa.

5. Adanya riwayat para shahabat yang melanjutkan puasanya. Diantaranya adalah perkataan Nawawi rahimahullah,โ€Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma beliau ditanya tentang puasa dahr dan mengatakan, โ€œKami anggap mereka itu dikalangan kami termasuk orang-orang yang giat.โ€ HR. Baihaqi.

Dari Urwah sesungguhnya Aisyah (biasanya berpuasa dahr, baik dalam safar maupun di rumah). HR. Baihaqi dengan sanad shahih. Dan dari Anas berkata, โ€œDahulu Abu Thalhah tidak berpuasa pada zaman Nabi sallallahu alaihi wa sallam karena (ikut) peperangan. Ketika Nabi sallallahuโ€™alaihi wa sallam wafat, saya tidak pernah melihat beliau berbuka kecuali hari raya idul fitri dan adha.โ€(HR. Bukhari di Shahihnya.โ€ (Al-Majmu, 6/443).

Ibnu Hazm telah menjawab terkait dengan hadits Hamzah bin Amr Al-Aslamy dan shahabat lainnya yang meneruskan berpuasa, bahwa melanjutkan puasa itu bukan puasa dahr semuanya. Akan tetapi melanjutkan puasa pada bulan yang panjang sampai dikatakan โ€˜Tidak berbukaโ€™. Bukan puasa setahun penuh. Dan terdapat ./ dari sebagian shahabat seperti Umar bin Khottob radhiallahuโ€™anhu larangan jelas tentang puasa dahr.

Al-Hafid Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, โ€œMengomentari pertanyaan Hamzah, sesungguhnya dia bertanya tentang puasa waktu safar bukan tentang puasa dahr. Dan tidak mesti melanjutkan puasa itu termasuk puasa dahr. Usamah bin Zaid telah mengatakan bahwa Nabi sallallahuโ€™alaihi wa sallam biasanya melanjutkan puasa sampai dikatakan tidak berbuka. Diriwayatkan oleh Ahmad. Telah diketahui bahwa Nabi sallallahu alaihi wa sallam tidak pernah puasa dahr. Maka tidak mesti jika dikatakan melanjutkan puasa itu maksudnya adalah puasa dahr.โ€ (Fathul Bari, 4/223).

Kesimpulannya bahwa yang kuat adalah pendapat pertama. Diputuskan makruh melakukan puasa dahr dan ada larangannya. Hal itu karena dalilnya kuat dan lebih jelas. Sementara dalil pendapat kedua tidak ada kejelasan dalam dalilnya. Sebagaimana para ulama juga telah menjawabnya sebagaimana yang telah dikutip tadi.

Wallahuaโ€™lam .

Refrensi:ย 

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android